-
WARGA PANGANDARAN BISA BICARA EMPAT BAHASA
BANYAK masyarakat Pangandaran sudah terbiasa bertutur kata menggunakan empat bahasa berbeda setiap harinya. Padahal umumnya masyarakat di daerah lain, paling banyak berbicara sehari-hari, hanya menggunakan dua sampai tiga bahasa saja.
Ragam bahasa yang biasa digunakan warga Pangandaran yaitu Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, dan Inggris. Kemampuan masyarakat sampai catur bahasa tersebut, terutama di kalangan warga yang bergelut pada bidang pariwisata.
Sebut saja, para perempuan dari kalangan pedagang ikan asin di Pantai Barat Pangandaran, mereka biasa bercas-cis-cus dengan wisatawan asing. Bahasa yang digunakan mereka, tentu saja, bahasa Inggris yang diperagakan mereka ketika menjajakan dagangannya.
Ragam bahasa mereka kemudian berubah jika calon pembeli berasal dari Tasikmalaya, Bandung, Jakarta, atau Jawa Tengah yaitu menggunakan menjadi bertutur dengan Bahasa Sunda atau Bahasa Indonesia. Sedangkan, ketika mereka berbicara dengan sesama teman pedagang, mereka umumnya berbicara dengan Bahasa Jawa.
Catur (empat = sansakerta) bahasa warga Pangandaran, tidak hanya terjadi di kalangan pedagang ikan. Para pria yang biasa bekerja sebagai abang becak, atau penyedia penginapan/hotel juga piawai berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, dan Inggris sesuai dengan tuntutan dan situasi.
Warga Pangandaran yang kesehariannya menjajakan ikan asin di Pantai Barat Pangandaran, Yayu Tumirah (53) mengaku tidak canggung ketika bercas-cis-cus dengan wisatawan asing dalam Bahasa Inggris. Menurut Yayu Tum, (sebutan di kalangan pedagang ikan asin) dia bisa berbahasa Inggris, karena tuntutan pekerjaan.
"Kalau tidak bisa bahasa Inggris, mana bisa saya dapat duit dari turis asing. Makanya, kami belajar bahasa Inggris dari pergaulan sehari-hari dengan wisatawan mancanegara yang datang ke Pangandaran," kata Yayu Tumirah.
Teman Yayu Tumirah, Manisah (48) menambahkan, para pedagang ikan asin paling sering berbicara dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda. Sedangkan jika berbicara di lingkungan keluarga menggunakan Bahasa Jawa, karena ia berasal dari suku Jawa.
"Karena, wisatawan yang berkunjung ke Pangandaran, umumnya datang dari Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Purwokerto, Yogya, maka kami sering menawarkan dagangan dengan bahasa Indonesia dan Sunda. Beda lagi kalau berbicara dengan suami, anak, atau tetangga sering berbicara Jawa saja," kata Manisah.
Di sekitar bunderan (lampu merah) Pangandaran, pantauan "KP", para abang becak di kawasan tersebut cukuk fasih berbahasa Inggris.
Ketika ada turis asing yang baru turun dari bus, mereka bercuap-cuap dengan Bahasa Inggris.***
Berita Pangandaran Lainnya
-
Kai Da Op 1 Menyapa Pelanggan Untuk Memperingati Hari Pelanggan Nasional
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta pada hari Rabu merayakan Hari Pelanggan Nasional (Harpelnas) yang diperingati setiap tanggal 4
-
Tim SAR Mencari Dua Nelayan Yang Tenggelam Di Perairan Pulau Monyet.
Labuan Bajo - Tim SAR gabungan mencari dua nelayan yang diduga tenggelam di perairan Pulau Kera Labuan Bajo, Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
-
Jadwal Dan Harga Tiket Kereta Api Dari Stasiun Gambill
Error, text is too long or too short
-
Ombudsman RI Dukung Pembentukan Desa Ramah Pelayanan Publik
JAKARTA - Ombudsman RI mendukung pembentukan Desa Ramah Pelayanan Publik di Provinsi Jawa Barat dan berharap program ini dapat diterapkan secara nasional untuk mewujudkan Indonesia