-
BMKG Mengimbau Masyarakat Jawa Barat Untuk Beradaptasi Dan Proaktif Dalam Mitigasi Gempa Bumi
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Jawa Barat untuk bertindak adaptif dan proaktif dalam upaya mitigasi bencana gempa bumi, mengingat wilayah ini merupakan daerah yang rawan bencana. "Jawa Barat memang rawan gempa bumi, dan sebagai daerah yang rawan gempa, jika ditanya bagaimana kemungkinannya di masa depan, bahkan untuk beberapa periode dalam setahun, pasti akan terulang kembali dan terjadi lagi di tahun berikutnya," ujar perwakilan BMKG Duykolita Karunawati dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa. Dalam sebuah pernyataan, katanya.
Dwikorita mengungkapkan bahwa wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Sukabumi sudah sering mengalami gempa bumi sejak tahun 1844. Adaptasi terhadap ancaman gempa bumi sangat penting bagi penduduk Jawa Barat, mengingat intensitas gempa bumi yang terjadi cukup tinggi dan dalam setahun bisa terjadi beberapa kali gempa di wilayah tersebut.
Alih-alih bermigrasi atau pindah, langkah-langkah mitigasi, seperti menyesuaikan struktur bangunan, adalah kunci untuk menghadapi kemungkinan gempa di masa depan," kata Duikolita.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kesadaran akan risiko bencana dan kesiapsiagaan juga perlu ditingkatkan. "Tindakan proaktif dan adaptasi yang tepat dapat membantu melindungi masyarakat dari dampak buruk gempa bumi."
Berdasarkan data prakiraan cuaca, BMKG memperkirakan curah hujan ringan hingga lebat di wilayah Jawa Barat.
Kemungkinan kejadian cuaca ekstrim yang diprediksi akan terjadi dalam waktu tertentu menimbulkan kekhawatiran akan intensitas curah hujan yang dapat memberikan dampak yang signifikan, terutama di daerah pegunungan seperti Garut dan Cianjur. Kekhawatiran ini berawal dari kondisi lereng yang rapuh, yang terisi oleh air hujan dan rentan terhadap pergerakan tanah. Lubang-lubang tanah yang gembur dapat menjadi masalah akibat gempa bumi.
Doicolita menyoroti potensi bahaya tanah longsor yang dapat terjadi di daerah pegunungan. Tumpukan tanah longsor yang terbentuk dapat memenuhi saluran lembah sungai dan menjadi bendungan alami yang menahan air hujan. Jika curah hujan terus berlanjut, bendungan tersebut dapat jebol. Jebolnya bendungan dapat menyebabkan banjir dan kerusakan pemukiman dan infrastruktur.
"Situasi ini pernah terjadi di masa lalu, misalnya di Garut dan Banten, sehingga kita perlu waspada dan memantau lebih dekat kondisi tanah di daerah-daerah yang rawan longsor dan banjir," pungkas Duikolita.
Berita Pangandaran Lainnya
-
Kai Da Op 1 Menyapa Pelanggan Untuk Memperingati Hari Pelanggan Nasional
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi (Daop) 1 Jakarta pada hari Rabu merayakan Hari Pelanggan Nasional (Harpelnas) yang diperingati setiap tanggal 4
-
Tim SAR Mencari Dua Nelayan Yang Tenggelam Di Perairan Pulau Monyet.
Labuan Bajo - Tim SAR gabungan mencari dua nelayan yang diduga tenggelam di perairan Pulau Kera Labuan Bajo, Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
-
Jadwal Dan Harga Tiket Kereta Api Dari Stasiun Gambill
Error, text is too long or too short
-
Ombudsman RI Dukung Pembentukan Desa Ramah Pelayanan Publik
JAKARTA - Ombudsman RI mendukung pembentukan Desa Ramah Pelayanan Publik di Provinsi Jawa Barat dan berharap program ini dapat diterapkan secara nasional untuk mewujudkan Indonesia